Ternate – Untuk mengelola perpustakaan-perpustakaan yang ada di lembaga pendidikan, maka para pustakawan harus diberikan ruang untuk ikut mengelolanya.
Hal ini disampaikan oleh Nurlela Syarif dalam acara silaturahmi pegiat literasi Maluku Utara di Dapur A2W, Senin (3/10).
Nurlela bercerita bahwa masih banyak perpustakaan sekolah yang belum dikelola secara profesional. Dimana pengelolanya seorang pustakawan yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana perpustakaan.
Namun realitasnya perpustakaan dikelola oleh guru Bahasa Indonesia atau tenaga honorer yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan di bidang perpustakaan.
”Dalam kondisi ini saya berharap Pemerintah Kota Ternate bisa melakukan trobosan dengan merekrut honorer khusus pustakawan, sehingga mereka dapat mengelola perpustakaan di sekolah lebih profesional,” tuturnya.
Legislator Partai NasDem ini mengungkapkan bahwa setiap sekolah harus mempunyai perpustakaan yang inklusif. Semua warga sekolah dapat mengakses berbagai koleksi bacaan di dalam perpustakaan tersebut.
”Saya punya mimpi ketika kita datang ke sekolah dan menemukan di pintu masuknya ada pojok baca atau perpustakaan yang dapat langsung diakses oleh siapa saja. Jadi misalnya orang tua sedang menunggu anaknya untuk dijemput bisa mengisi waktu dengan membaca berbagai koleksi buku di perpustakaan,”ujarnya.
Sumber : deltasatu.com